Sabtu, 04 Mei 2013

KANKER SERVIKS



BAB I
PENDAHULUAN
Istilah penyakit kanker serviks bukanlah sesuatu baru lagi bagi telinga kita. Jenis kanker ini banyak ditakuti wanita karena kanker ini banyak menyerang wanita karena kanker jenis ini menyerang organ tubuh wanita yaitu pada mulut rahim. Penyakit ini tepatnya menyerang daerah pada leher rahim. Leher rahim adalah pintu masuk ke dalam rahim yaitu diantara rahim atau disebut sebagai uterus dengan liang vagina wanita. Riset menyatakan bahwa kanker ini disebabkan oleh virus yang disebut sebagai human papilloma virus onkogenik atau disingkat sebagai HPV. Pada awalnya kanker ini menyerang leher rahim, namun pada stadium selanjutnya kanker ini dapat menyerang organ lainnya yang ada pada tubuh penderita
World Health Organization menyatakan bahwa penyakit kanker seviks telah menduduki peringkat pertama berbagai tipe kanker penyebab kematian wanita di dunia. Sedangkan di Indonesia sudah banyak terdapat kasus yang disebabkan oleh penyakit ini. Faktanya banyak pula yang merenggut maut karena penyakit ini. Tidak heran jika Indonesia adalah negara yang memiliki penderita tertinggi di dunia. Selain disebabkan virus HPV yang mempunyai lebih 100 jenis, namun tidak memiliki daya serang yang tinggi sehingga ada yang lenyap begitu saja. Selain itu adanya pencemaran dari zat-zat kimia dalam waktu yang panjang yang terjadi pada sel-sel di leher rahim wanita. Kanker jenis ini dapat berpindah ke orang lain melalui hubungan seksual, apalagi bagi anda yang suka berganti pasangan. Penggunaan kondom tidak akan menghindari penularan virus jenis ini karena dapat pula terjadi lewat sentuhan kulit.
Sedangkan gejala fisik yang nyata hanya dapat terlihat pada penderita stadium lanjut. Adanya rasa perih dan pendarahan pada saat berhubungan badan, keputihan yang tidak wajar pada area vagina, munculnya darah diluar periode haid, turunnya berat badan secara drastis merupakan tanda-tanda fisik lainnya. Jika kanker telah menyebar ke area panggul, maka penderita akan merasakan nyeri pada punggung. Kesulitan berkemih serta membesarnya ginjal juga merupakan gejala fisik lainnya.
Masa pertumbuhan penyakit ini bisa dikatakan cukup lama. Masa ini disebut masa preinvasif atau pertumbuhan sel yang tidak wajar sebelum mengganas. Perkembangannya antar 5 hingga 20 tahun lamanya, dimulai dengan tahap infeksi, kemudian disebut sebagai pre-kanker, hingga menjadi kanker serviks yang nyata. Menurut para ahli kebiasaan merokok dapat menjadi pemicu tumbuhnya sel-sel kanker serviks. Menurut seorang ahli dari Swedia zat nikotin dan racun-racun lainnya yang mengendap di dalam darah dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak normal pada rahim wanita. Selain itu perempuan usia 35 hingga 50 tahun sangat rawan mengidap penyakit ini. Jika anda melakukan diet secara ketat sehingga menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh, maka besar kemungkinan anda akan terjangkit virus kanker serviks ini.
BAB II
ISI
I.      DEFINISI
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
II.      ETIOLOGI
1. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18.
                     Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
            Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.
III. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok
IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
Kriteria
0
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I
Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
I a
Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
I b
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b
Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul
III a
Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a
Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b
Telah terjadi metastasi jauh.
V. TANDA DAN GEJALA
1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia
  • Manifestasi Klinis
            Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.
  • Prognosis
            Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
      Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
  • Kolposkopi
  • Servikografi
  • Pemeriksaan visual langsung
  • Gineskopi
  • Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tingkat
Penatalaksaan
0
I a
I b dan II a
II b , III dan IV
IV a dan IV b
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
VIII. KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN
a. Pengkaijan
    1. Identitas klien.
    2. Keluhan utama.
       Perdarahan dan keputihan
    3. Riwayat penyakit sekarang
        Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
   4. Riwayat penyakit terdahulu.
            Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang      demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
   5. Riwayat penyakit keluarga
            Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau    penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
            Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
c. Pemeriksaan Dignostik
1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)
d. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
e. Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
  • Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
  • Berikan cairan secara cepat.
  • Pantau dan atur kecepatan infus.
  • Kolaborasi dalam pemberian infuse
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
·         Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
·         Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan.
·         Pantau masukan makanan oleh klien.
·         Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
·         Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi                               
Tujuan:Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
  • Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
  • Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
  • Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
  • Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
  • Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
  • Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan Trombosit)
  • Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
  • Observasi tanda-tanda perdarahan.
  • Observasi tanda-tanda vital.
  • Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
·         Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
·         Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
·         Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami.
·         Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
·         Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
·         Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
·         Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
·         Dorong harapan yang realistis.
·         Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
·          Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
·         Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya.
·         Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
·         Ø Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang sakit.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi.
Tujuan :Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
  • Baringkan pasien diatas tempat tidur.
  • Kaji kepatenan kateter abdomen.
  • Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
  • Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
f. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1.Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, kanker serviks merupakan penyakit yang dapat membunuh wanita terbanyak ke-2 di dunia. Dan Kanker jenis ini dapat berpindah ke orang lain melalui hubungan seksual,
3.1 Saran
            Untuk mewaspadai penyakit kanker serviks, ada baiknya kita kenali gejala-gejala yang ditimbulkan penyakit kanker ini. Jika anda adalah pelaku seksual aktif maka sebaiknya anda melakukan tes kesehatan alat vital setiap dua tahun sekali untuk memastikan kondisi fisik anda.
           
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta
Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company.
Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohard. jo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.
Sanusi, Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10. Jakarta:EGC.
http:// http://www.medicastore .com/med