Kamis, 18 April 2013

ASKEP DEMAM TYPHOID


A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian 
Ø Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus yangmenimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Thyposa,Salmonella Parathypi A,B,dan C.
Ø Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.
2. Etiologi
Demam typhoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi, s. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cendrung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yang lain. Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makannan kering, agfen farmakeutika an bahan tinja. Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella HH. Antigen O adalah komponen lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas sedangkan antigen H adalah protein labil panas.

3. Manifestasi Klinik
1. Masa tunas demam thypoid berlangsung 10-14 hari.
2. Minggu I : Keluhan dan gejala-gejala dengfan penyakit infeksi akut padaumumnya demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,mual, muntah, konstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut,batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan hanya didapatkan peningkatan suhu badan.
3. Minggu II : Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,bradikardi relatif,lidah khas (kotor di tengah,tepi dan ujung merah dan tremor),hepatomegali,splenomegali,gangguan mental berupa samnolen,strupor,koma,delirion/psikos.
4. Patifisiologi
        Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S. typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S. typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa kumbahan.
Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam tifoid.

5. Penatalaksanaan

     Pengobatan penderita Demam Typhoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan suportif meliputi istirahat dan diet, medikamentosa, terapi penyulit (tergantung penyulit yang terjadi). Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurag lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Diet dan terapi penunjuang dilakukan dengan pertama, pasien diberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diberikan vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien. Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi beberapa obat yang bekerja secara sinergis dapat dipertimbangkan. Kortikosteroid perlu diberikan pada renjatan septik.
BKONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
o Peningkatan suhu tubuh
Kelelahan
o Nafsu makan menurun
Perut kembung,konstipasi
o Nyeri abdomen,mual,muntah,sakit kepala
o Lidah kotor
2. Diagnosa Keperawatan 
a. Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d invasi kuman ke usus halus
b. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d proses infeksi pada usus halus
 c. Gangguan istrahat tidur b/d peningkatan suhu tubuh
d. Gangguan rasa nyaman, nyeri b/d kerusakan mukosa usus
3.Intervensi
a. . Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d invasi kuman ke dalam usus halus
Tujuan : - Badan teraba tidak panas lagi
- Suhu tubuh normal (36-37˚C)
- Ekspresi wajah ceria

Intervensi :
* Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh tiap 2 jam
Rasional : Pada pasien thypoid ,TTV dapat meningkat secara tiba-tibakhususnya suhu tubuh
* Kompres air hangat
Rasional : Terjadi dilatasi pembuluh darah dan pori-pori kulit sehingga panas tubuh dapat menurun
* Menganjurkan klien banyak minum air putih
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
* Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap
Rasional : Dapat mengurangi rasa gerah dan mempercepat proses pertukaran udara disekitarnya
* Mengatur ventilasi ruangan
Rasional : Suhu ruangan yang rendah dan suhu tubuh yang meningkat menyebabkan terjadinya konveksi
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d proses infeksi pada usus halus
Tujuan : - Porsi makan dihabiskan
- Klien mengatakan nafsu makan meningkat
- Tidak ada mual dan muntah
Intervensi :
* Mengkaji pola makan tiap hari
Rasional : Mengetahui kebutuhan nutrisi klien
* Memberikan makanan lunak
Rasional : Mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi beban yang tinggi pada usus
* Menganjurkan menjaga kebersihan oral/mulut
Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak pada mulut/lidah,dan dapat meningkatkan nafsu makan
* Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan mencegah mual dan muntah
3. Gangguan istirahat tidur b/d peningkatan suhu tubuh
Tujuan : - Konjungtiva tidak pucat
- Klien nampak segar
- Klien tidur 6-8 jam
- Klien mengatakan tidurnya nyenyak/pulas
Intervensi :
* Mengkaji pola istirahat klien
Rasional : Untuk mengetahui pola istirahat klien sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya
* Menganjurkan tekhnik distraksi sebelum tidur seperti nonton TV,membaca buku
Rasional : Dapat mengalihkan perhatian dari rasa ketidaknyamanan sehingga klien dapat tidur pulas
* Menciptakan lingkungan yang tenang/nyaman untuk istirahat dengan membatasi pengunjung
Rasional : Menurunkan stimulasi nyeri
* Memberikan HE pada klien dan keluarga tentang pentingnya istirahat cukup (6-8 jam)
Rasional : Memberikan motivasi klien untuk meningkatkan istirahat tidur
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan mukosa usus
Tujuan : - Klien tidak nampak meringis
- Ekspresi wajah ceriaIntervensi :
* Mengkaji tingkat nyeri klien
Rasional : Mengetahui karakteristik nyeri dan sebagai indikator dalam intervensi selanjutnya.
* Mengobservasi TTV klien
Rasional : Nyeri adalah rangsangan sensori yang dapat mempengaruhi TTV terutama nadi dan suhu tubuh
* Menganjurkan tekhnik relaksasi napas dalam
Rasional : Dapat mengurangi nyeri
* Mengkolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Dapat menghambat rangsangan nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart.2002Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 .EGC,Jakarta.
Doenges,Marylin,E.2000Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit EGC,Jakarta.
Markel E.K,Vaye M.1981Medikal Parasitologi. Citra Aditya Bakti.

Tidak ada komentar: